Lombok Tengah – Upaya mengatasi masalah sampah di lingkungan sekitar, terutama sampah Rumah Tangga menjadi hal penting yang perlu mendapat perhatian bagi seorang Bintara Pembina Desa (Babinsa) yang menilai pentingnya masyarakat, khususnya warga binaan supaya hidup sehat, bersih dan rapi agar terhindar dari penyakit, terlebih dimasa Pandemi yang masih terjadi.
Muncullah ide membuat lubang sumur sampah di lingkungan sekitar untuk menampung sampah organik warga masyarakat di Dusun Selangit Desa Pelambik, Kec. Praya Barat Kab. Lombok Tengah, Jum’at (16/04/2021).
Babinsa Desa Pelambik Koramil 04/Praya Barat, Kodim 1620/Loteng Sertu Kamaruddin hari itu juga bersama Kepala Dusun (Kadus) dan warga dusun Selangit gotong royong membuat sumur lubang tempat pembuangan sampah.
Babinsa Desa Pelambik Seru Kamaruddin mengatakan, Saya meyakini kalau pemilahan sampah organik dan an-organik di tingkat rumah tangga bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan sampah.
“Berdasarkan statistik, volume sampah organik cukup besar, lebih dari 50% dari volume sampah yang dihasilkan dalam satu keluarga. Kalau sampah organik ini bisa diolah dan tidak ikut diangkut ke TPA akan bisa sangat signifikan mengurangi volume sampah,” ungkapnya.
“Ada banyak cara untuk mengolah sampah organik. Misalnya saja yang paling mudah dan gampang adalah dengan membuat kompos. Saya pernah juga mencoba membuat tong sampah organik khusus untuk membuat kompos,” lanjutnya.
“Prinsipnya sih memang sederhana dan mudah, namun applikasinya ternyata tidaklah mudah. Kenapa? Pertama, pernah komposter saya diangkut oleh pemulung. Kedua, masih muncul bau tidak sedap dari komposter ini. Lah.. rumah kami kan mungil. Bau dari depan rumah bisa masuk ke dalam rumah, bahkan mungkin rumah tetangga. Ketiga, setelah jadi kompos mau dipakai untuk apa. Halaman kami sempit dan penuh dengan pot-pot tanaman. Produksi komposnya melebihi kebutuhan kompos kami,” lanjutnya lagi.
Babinsa Desa Pelambik menggunakan metode biopori dengan sumur lubang sampah yang lebih besar untuk warga binaannya yang memiliki penduduk cukup padat, Biopori dengan lubang yang lebih besar ini nantinya untuk ditimbun dengan sampah organik.
“Saya mencoba untuk merealisasikan ide ini. Saya buat lubang di sekitar lingkungan rumah warga yang dinilai lokasinya cukup aman dan tidak membahayakan dengan ukuran secukupnya,” kata dia.
“Prinsiipnya mirip dengan lubang sepitank. Sampah organik dimasukkan ke dalam sumur lubang. Di dalam lubang ini akan terjadi proses dekomposisi oleh mikroba atau oleh cacing tanah. Sampah organik akan berkurang dengan sedirinya secara bertahap. Misalkan saja laju dekomposis bahan organiknya adalah 50% per bulan. Saya perkirakan lubang ini tidak akan penuh dalam waktu 2-3 tahun,” ungkap Babinsa tersebut.
“Saya ingin membuktikan konsep ini memang bisa dijalankan. Tunggu beberapa bulan lagi dan saya akan update perkembangannya,” tutupnya.